S a S

| You have been good to me | You have been gracious | You have been faithful | I have been given so much I can't even | Still I believe there is more | I open my hands to receive all that Your love has in store | Father, I know there is more | Power to heal and restore | Miracles wonders blessings unnumbered | Love never-ending | Love overflowing | You are bestowing, day after day after day |
♫ ♪ ♥ ♥♪ ♫ • * ¨ * • ♥♫ ♪ ♥ ♥♪ ♫ • * ¨ * • ♥ ♥ ♥ ♫ ♪ ♫ ♪ ♥ ♥♪ ♫ • * ¨ * • ♥♫ ♪ ♥ ♥♪ ♫ † L♥ve Inside † ♫ ♪ ♥ ♥ ♪ ♫♥ • * ¨ * • ♫ ♪ ♥ ♥ ♪ ♫ ♪ ♫ ♥ ♥ ♥ • * ¨ * • ♫ ♪ ♥ ♥ ♪ ♫♥ • * ¨ * • ♫ ♪ ♥ ♥ ♪ ♫

Selasa, 29 Maret 2016

Menjadi tua

Seketika aku takut menjadi tua...

Hari ini aku sedang mengerjakan tugas sambil mendengarkan lagu.
Lagu ‘Endless Love’ secara tiba2 membuatku teringat akan bapak. Ya, bapakku..
Tadi pagi aku me’misscall’ dia dan tak lama dia meneleponku balik. Sebenarnya miscall itu tak sengaja terjadi karena aku sedang mengatur kontak di telepon genggam.
Kami berbicara tidak lebih dari 5menit. Dalam pembicaraan itu, terjadi satu hal yang tak pernah terlintas dipikiranku untuk bapakku lakukan. Hal ini pernah melintas dipikiranku kala dulu, tapi mustahil bapakku melakukannya karena dia bukan sosok yang bisa bercanda sedemikian rupa.
Tanpa kuduga, saat bertanya apa yang sedang dia lakukan, dia membuat lelucon yang belum pernah dialakukan. Saat itu dia sedang menggoreng ubi untuk sarapannya. Saat berbincang-bincang perihal yang lain dan aku hendak mengakhiri pembicaraan kami saat itu, dia mengatakan bahwa apa yang dia masak sungguh enak. Dia bilang, “Cok cium, enak kali bah...” (kembali aku menangis, karena aku masih ingat seperti apa rasa sup dan sambal ikan teri masakannya), aku merindukan masakan itu, namun kini akulah yang seharusnya memasak untuknya.
Bapakku adalah orang yang sangat rajin, saking rajinnya aku kesal karena dia kerap membangunkan kami pukul 5 pagi, bahkan sebelum jam segitu. Dan hal ini mengingatkanku pada masa kecil kami dulu di rumah bibiku. Jika ada hal2 yang ingin kami lakukan bersama pada pagi itu, kami memintanya untuk membangunkan kami berdua (aku dan kakak kedua). Tak jarang kami beribadah di tempat yang berbeda, kami di GKPS, sedangkan bapak di KHBP. Sepulang gereja, kami berbincang-bincang tentang banyak hal, sebab kami juga memiliki limit waktu untuk bersama dengannya tiap akhir pekan. Aku dan kakak sangat menanti-nantikan kedatangannya setiap sabtu petang, bukan hanya karena kami merindukannya dirinya, tetapi setiap buah tangan yang dia bawa membuat kami dan bibi bahagia. Sebenarnya berat bagi dia untuk meninggalkan kakak tertua, namun dia juga merindukan kami pastinya. Sering setelah kepulangannya aku berlari ke kamar dan berdiam di tempat tidur sembari menangis.
Saat dia mengatakan masakan itu enak, dia menyuruhku untuk mencium aroma masakannya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi... Aku tahu ini leluconnya. Dan spontan aku katakan, “Iya Pak, enak kali ya?!.” karena di saat yang sama pula aku mencium aroma masakan yang datangnya mungkin dari ibu kostku. Momen yang sangat indah-mengalami apa yang dia katakan sekalipun kami berada di dimensi ruang yang berbeda.
Aku ternyata selama ini salah mengenal dirinya. Sering aku ‘menyuruhnya’ untuk tertawa di telepon dan dia melakukannya, sehingga kami jadi tertawa bersama (benaran). Aku baru menyadari, rupanya dia juga ingin memiliki kehangatan seperti yang orang lain miliki.
Aku membayangkan diriku ada di dalam pernikahanku yang entah dengan siapa. Saat itu aku bisa merasakan betapa pedihnya hatiku ‘meninggalkan’ dia. Aku tak kuasa membendung air mata saat membayangkan dia memberikan aku, puterinya, yang dia kasihi kepada pria lain untuk dijaga.
Jika aku berada jauh darinya, siapa yang akan merawatnya? Dia sudah terlalu lama sendiri. Aku pun mungkin tak mampu terus ada bersama-sama dengan dia sekalipun aku berharap demikian.
Kami bukanlah orang yang cocok saat bersama, namun aku seringkali menyimpan rindu yang teramat dalam dan tak kuasa menahan air mata saat aku merindukannya dan mengingat dia di kala aku sakit.
Aku berdoa pada Bapa supaya dalam masa tua bapak, jiwa dan imannya Tuhan yang genggam erat.
Aku mengasihimu, bapakku...
Tuhan yang pelihara saat engkau jauh dari pandanganku, saat masa tua dan sampai memutih rambutmu.

March 28th, 2016 3.27 pm

4 komentar:

  1. Suka kali bacanya...aku baca sampai habis. Samanya kita Len, suka rindu sama bapak. Ini mana aku jauh disini..paling cuma bisa skype an,wa an..semakin hari bapak mak makin tua..sedih liatnya....

    BalasHapus
  2. Terima kasih Kakak sayang.. Semoga Tuhan yang jaga Bapak Kak Dewi di sana yaa..Pasti rindu yang teramat sangat, aku bahkan tidak bs bayangkan rindu seperti apa yg K2 miliki dengan bentangan lautan luas sebagai pemisahnya.. Tapi sungguh bersyukurnya kita memiliki doa yg bs membuat kita dekat dan bertemu dalam dimensi lain bersamanya, tentunya selain telepon/skype.. Semangat kita ya Ka yg diperantauan :)

    BalasHapus
  3. Mamakku juga slalu bilang kalau aku habapaon... artinya suka rindu ke bapak

    BalasHapus
  4. Hehehe..baru baca Marta. Selamat ya atas tulisan kamu yg mendapat tempat teratas :)

    Iya Mar, semoga mereka tetap sehat dan kasih Tuhan memberikan kita kesempatan untuk kembali berdekatan, walaupun entah kapan..

    BalasHapus