S a S

| You have been good to me | You have been gracious | You have been faithful | I have been given so much I can't even | Still I believe there is more | I open my hands to receive all that Your love has in store | Father, I know there is more | Power to heal and restore | Miracles wonders blessings unnumbered | Love never-ending | Love overflowing | You are bestowing, day after day after day |
♫ ♪ ♥ ♥♪ ♫ • * ¨ * • ♥♫ ♪ ♥ ♥♪ ♫ • * ¨ * • ♥ ♥ ♥ ♫ ♪ ♫ ♪ ♥ ♥♪ ♫ • * ¨ * • ♥♫ ♪ ♥ ♥♪ ♫ † L♥ve Inside † ♫ ♪ ♥ ♥ ♪ ♫♥ • * ¨ * • ♫ ♪ ♥ ♥ ♪ ♫ ♪ ♫ ♥ ♥ ♥ • * ¨ * • ♫ ♪ ♥ ♥ ♪ ♫♥ • * ¨ * • ♫ ♪ ♥ ♥ ♪ ♫

Jumat, 05 Februari 2016

EF (Eclipse Firework)

4.49 a.m
Hari ini aku kembali bermimpi sesuatu yang indah. Ini adalah mimpi indah ketiga yang pernah aku alami. Sebenarnya ini mimpi kedua karena dua mimpi sebelumnya aku alami di tidur yang sama dan juga telah banyak mimpi-mimpi indah lain yang pernah aku alami. Mimpi yang pertama dan ketiga aku lupa apakah pernah menuliskannya, namun aku pernah menceriterakannya. Hingga sekarang aku mengingat mimpi itu dengan jelas.
Beginilah mimpi yang ketiga ini (menurut urutannya). Aku berada di rumah namboruku, tempat di mana aku dibesarkan dan mengenal ‘SaTe’ untuk pertama kalinya-waktu itu aku sangat polos. Entah mungkin oleh karena pemberitaan gerhana matahari yang akan terjadi  2 bulan setelah penulisan cerita ini aku memimpikannya. Aku memiliki kakak kelas di IPB, satu angkatan di atas saya, namanya Eko Sipraphua Sijabat, sebut saja Bang Eko atau Eko, tapi bukan Pak Eko (pahe-paket hemat di salah satu rumah makan cepat saji). Bang Eko ini menge-post thought-nya di Path tentang gerhana. Entah kenapa hal ini memasuki alam bawah sadarku. Aku menyukai fenomena alam, khususnya fenomena di cakrawala langit. Bahkan aku ingin sekali dapat melihat Aurora Bourealis yang ada di Swedia. Aku tidak tahu apakah aku bisa menggapai kerinduanku ini. Harapanku, aku bisa melihatnya sebelum aku mati nanti. Amin.
Kira-kira malam jam 10-an kami sedang berada di teras depan dan aku menyadari melihat sebuah bulan yang bersinar sangat terang. Malam ini pun sebelum jam tidur aku melihat bulan begitu terang dan bersih. Ini adalah bulan yang sangat jernih yang aku lihat semenjak kedatanganku ke kota hujan ini Agustus tahun lalu. Jadi di dalam mimpiku pun terjadi hal yang sama. Namun tiba-tiba aku melihat sesuatu yang gelap menutupi cahaya itu sehingga yang terbentuk adalah cincin bulan. Aku sangat kecewa karena aku melihat bulan itu tertutup, namun aku juga senang karena bisa menyaksikannya. Aku melihat kejadian itu bersama dengan sepupuku, kami sungguh menikmatinya. Setelah beberapa lama saatnya, tetangga di depan rumah juga turut keluar rumahnya untuk menyaksikan hal itu, akhirnya si bulan sedikit terabaikan. Tiba-tiba keponakanku, anak sepupuku, menangis kenncang. Sepupuku bilang supaya aku menutup pintu rumah karena fenomena gerhana ini,begitu aku menyebutnya, menghasilkan sebuah suara yang tidak mengenakkan di telinga anak bayi. Beberapa pandangan teralihkan oleh menutup pintu dan tetangga.
Oleh karena hal ini adalah langka, maka seperti di mimpi sebelumnya, aku sibuk mencari kamera dan ingin mengabadikannya. Akhirnya aku memotret beberapa pergeseran cincin, setelah itu aku mematikan kameranya dan hendak berbalik masuk ke dalam rumah. Secara tiba-tiba, saat gerhana akan selesai, aku mendengar suata dentuman, sungguh nyaring. Dentuman itu adalah suara kembang api yang berasal dari gerhana itu. Jadi, ceritanya gerhana itu berubah menjadi percikan kembang api yang sungguh indah. Aku tidak sempat berpikir “What’s going on?” karena aku sungguh terpana. Begitu terperanjatnya aku sampai-sampai aku lupa bahwa hal yang sangat baik ini sangat luar biasa jika kembali direkam atau difoto. Oleh karena itu aku buru-buru ingin memotretnya. Saking tak mau melewatkan fenomena lanjutan gerhana ini, aku tak jadi melakukannya. Perlu dicatat bahwa kamera milikku sangat jadul, di mana untuk membuatnya berada pada posisi “on” memakan waktu yang lumayan. Karena aku tau akan lama, sedangkan kembang api itu hanya akan sebentar, alhasil tak ada yang aku lakukan selain terkesima dengan apa yang ada di depan mataku, begitu indah, semarak, terang dan penuh warna. Setelah mimpi itu aku terbangun.
Sekian cerita mimpi itu.
Setelah bangun dengan ingatan mimpi itu di memoriku, aku memulai ’SaTe’ku dengan berdoa di pembaringanku. Judul hari ini “Kaki yang terkelupas dan Lutut yang luka”, sungguh judul yang memilukan. Seusai membaca keseluruhan perenungan dan referensi yang ada di sana, aku menemukan kalimat “pikul salib”. Salib diterjemahkan sebagai banyak hal. Karena aku ingin lebih rinci akhirnya aku membuka “Sabda” (http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Salib) untuk mencari artinya. Tepat pada bacaanku ini, merujuk pada [Lambang], salib memiliki arti: kadang-kadang sebagai METAFORA, segala pencobaan berat dan menyakitkan, yang dijatuhkan Allah untuk menguji iman kita. Saat membaca ini tanpa terasa aku menitikkan air mataku. Betapa Tuhan ingin mengingatkanku akan sebuah perjalanan menuju “masa depanku”.
Salib itu sering kali menyakitiku. Sama seperti Petrus yang mendambakan sukacita, kebahagiaan dan kemahsyuran, aku pun mendambakannya, terutama di dalam keluargaku. Bagiku, menjadi Kristen adalah sebuah pilihan yang membawa kita pada salib yang menuju kemuliaan, sama seperti yang Kristus alami-hanya saja kita tidak menanggung dosa, sebab semuanya telah selesai Dia kerjakan. Yang kita tanggung sekarang adalah pergumulan yang menyangkut jiwa-jiwa dan menjadi garam dan terang. Salib memimpin pada sebuah jalan hidup yang penuh rintangan, namun melalui Ibrani 12:2 aku diingatkan bahwa Yesus mengabaikan kehinaanNya dan Dia TEKUN memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagiNya. Entah bagaimana caranya Yesus bisa menemukan sukacita pada salib yang sangat membebaninya itu sementara aku berusaha menghidarinya, bila perlu aku menolak salib itu. Sekarang aku telah mengetahui, tidak hanya melalui kitab para nabi namun juga mengimani, Yesus kini berada di takhta kemuliaanNya.

Ternyata apa yang kudambakan di atas, sama sekali tidak pernah dihalangi oleh Bapa. Bahkan Dia ingin sekali supaya aku bisa memperoleh dan memiliki semuanya itu, hanya saja hari ini Dia mengajarkanku bahwa aku bisa mendapat semuanya, bahkan lebih, yaitu duduk bersama-sama dengan AnakNya, jika dan hanya jika aku memikul salib yang telah ditentukan bagiku. Aku tidak boleh menyerah pada kenyataan hidup ini melainkan aku harus melaluinya bersama salibku itu. Aku tersadar bahwa selama ini aku berada pada hari-hari yang sulit karena aku menyerah pada salibNya. Sukacita itu bukan terletak pada salib, melainkan tujuan akhirku. Dahulu aku belajar bahwa Tuhan menginginkan aku dibentuk melalui proses, namun sekarang Dia telah mengingatkanku akan “Finish”, di sanalah terletak sukacita itu. Sama seperti seorang pelari yang melewati semua rintangannya demi kemenangan di akhir. Kini aku akan mencari dan memandang tujuan Allah, yakni “masa depan” melalui salibku hari demi hari hingga aku beroleh masa bersama Dia, muka dengan muka.
Mungkin aku tidak akan melihat pelangi sehabis hujan, melainkan kembang api setelah gerhana. J
January 23rd, 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar