Hari ini hujan begitu deras di Dramaga. Petir pun tak kalah
ingin bersahut-sahutan di tengah riak air. Aku berjalan menyusuri aspal tanpa menghiraukan
gempitanya menghantam atap rumah dan atap payungku.
Ternyata hari ini adalah hari wisuda Diploma IPB, seperti
biasa banyak orang yang berdagang bunga. Dan aku pun baru menyadari bahwa
wisuda kali ini diselenggarakan pada hari Selasa. Mengingat momen wisuda saat
aku S1 dulu, hujan deras turun sesaat sebelum prosesi selesai. Sepengalaman saya
selama beberapa kali menghadiri wisuda kakak tingkat dalam 5 tahun, tidak
pernah hujan turun tepat saat acara foto-foto setelah kuncir dipindahkan.
Agak berbeda dari momen wisuda sebelumnya, bunga-bunga
dagangan mereka banyak yang tersisa.Hujan yang turun sebelum pukul dua membuat
mereka tidak bisa pulang ke rumah. Bahkan saya mendapati mereka tidur
beralaskan sebuah kantong plastik di jalan yang biasa dilalui mahasiswa, di bangunan
kampus, menunggu hujan reda pikirku. Aku sangat terharu melihat perjuangan
mereka, mereka pastilah seorang ibu dari anak-anak yang dinafkahi.
Aku suka hujan.
Karena hujan, pinggiran toko dipenuhi orang-orang. Karena hujan
semuanya menjadi basah. Karena hujan, ayam yang berkeliaran menjadi terlihat
lucu karena bulu mereka akan menjadi terlihat layu. Karena hujan, orang-orang
menjadi kedinginan, lapar dan jualan pedagang gorengan, soto, bakso dan lainnya
menjadi laris manis (beberapa minggu yang lalu, kami membeli gorengan di
pinggir jalan karena terjebak macet dan hujan saat di Bandung). Karena hujan, pedagang
bunga bersatu dengan pengunjung wisuda dan
karena hujan aku menjadi sedikit melankolis dan dapat membuat tulisan ini. Terimakasih
hujan. Terimakasih Sang Pencipta hujan.
November (Rain) 8th, 2016
-Bersama teman saat hujan (KRB, 14 Agustus 2016)-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar