Happy Monday
“Mau
apa Mbak?”
“Service motor Mas...”
“Apa
aja?”
“Ganti
oli sama minta dicek saluran olinya karena suka berlebihan olinya keluar, trus
kalau tanjakan terlalu panjang dia suka mati di tengah jalan, jadi minta dinaikin
gasnya boleh? Oya, sama lampu belakangnya mati juga.” (Aku mengatakannya sambil
sumringah, mungkin mas-masnya mikir, okeh bener).
“Ok,
tunggu di sana aja” (sambil menunjuk ke kursi). “Anak-anak (memanggil
karyawannya), ini, Mbaknya mau dicek motornya.”
(Sambil
menyerahkan motor) “Monggo Mas...”
“Mbaknya
orang mana toh? Bisa boso Jowo toh?”
“Saya orang Medan. Hehehe...sedikit”
Sambil memandang sekeliling ruangan bengkel, pandanganku terusik
dengan pipa air yang bocor dan menyemburkan air ke arah jalan. Semburan air
membuat orang yang melintas sedikit membungkukkan badan dan berusaha
menghindar, ya walaupun sebenarnya mereka akan tetap basah dan tidak bisa
menghindar karena jalannya cukup tidak luas.
Aku tak mampu menahan senyum saat sebuah Tossa (Transportasi motor
roda tiga) yang mengangkut beberapa orang, melewati semburan air tersebut. Poin
lucunya ada pada kenakalan pengemudi. Dia sengaja memperlambat lajunya saat
badannya telah melewati semburan, namun ekornya (yang berisi muatan teman-temannya)
masih terkena semburan air. Semua (tiga) temannya yang ada dalam angkutan
menjadi bertingkah seperti seseorang yang meringkuk akibat ditangkap polisi,
guna menutupi badan dari air pipa. Hal itu sungguh membuatku senang dan tawa
pun pecah di mulutku. Salah seorang pelanggan bengkel melihat apa yang
kutertawakan, dan ia pun ikut menyungging senyum. Aku bahagia bisa berbagi suka
dengannya.
Kembali ke bengkel. Aku bersyukur bisa memberi perawatan buat
motor Paman, yg dikasih buatku, yang sudah kurencanakan sejak Kamis yang lalu.
Hal yang lebih luar biasa lagi, ternyata empunya bengkel adalah seorang yang nice person to share.
Kami
bicara banyak di sela-sela ganti oli. Aku bertanya tentang kotak hitam di bawah
stang motor, yang ternyata adalah filter angin. Dia bilang dia kurang paham
motor, kemudian aku menyela “apalagi saya”.
Setelah melalui cerita sana-sini, tentang pekerjaan (sebelumnya),
iparnya yg tinggal di P. Siantar, Pelanduk, “2 pewayangan”, skripsi, penemuan,
bakteri, Botani, candi
yang lebih besar dari Borobudur dan Piramida yang lebih besar dari pada yang di
Mesir (dan untuk memastikannya aku bertanya, “Itu nyata atau??” dan jawabnya:
“Ya, nyata”), ikan seperti bandeng, Pak Atmojo, Sirsak yang diterimanya
kemarin, hobi memancing, hingga ada beberapa istilah yang baru saja kurasa
patut untuk ku”pegang”, yaitu “Prana Manusia”
Hari yang tidak biasa. Dia juga menceritakan pengalamannya
beberapa hari yang lalu ditabrak motor oleh anak-anak, yang membuatnya mengejek
anak itu untuk mengulanginya kembali. Walaupun itu berupa sindiran, aku merasa
itu sangat tulus dari hatinya agar dia tidak mengulanginya. Dia bahkan menawarkan
untuk memasukkan motor si anak yang ringsek dan bengkok stang, ke bengkel yang
dikelolanya.
Dalam satu session percakapan dengan kata “Trauma”, dia
berusaha menyakinkanku untuk melakukan seperti yang dia lakukan untuk dirinya,
yaitu mengejek diri sendiri. Jujur, aku tidak bisa. Semua butuh waktu. Umumnya,
aku mengalami “pelecehan” lingkungan terlebih dahulu baru kemudian aku bisa
“mengejek” diri sendiri. Orang aja bisa, kenapa aku engga??
Satu yang kusuka, pada akhirnya, dia mengajakku bergabung untuk
memancing ikan yang seperti ikan bandeng, di mana jika di Jawa saja ikan itu
tidak lebih dari sejengkal jariorang dewasa, namun di sini dapat tumbuh hamper
selengan orang dewasa panjangnya. Yeeey, asyikk.
Hahaha...ternyata
untuk menikmati hidup itu sederhana, begitu katanya. Aku pun setuju. Dalam
hidup ini, untuk bisa berbahagia, cukup perhatikan hal-hal kecil yang terjadi
disekitar kita, atau bayangkan saja “bagaimana mungkin seekor cacing yang lemah
dapat melubangi tanah” (begitu dia mengumpamakannya).
Thanks
God.
September 22nd,
2014